✰⓯☛☛☛ ady⓯ ☚☚☚⓯✰ Teka-Teki Mengenai Istilah Sebutan Bagi Supporter LFC LIVERPUDLIAN ADALAH
BERARTI WARGA KOTA LIVERPOOL. Tidak ada satupun quotes/ merchandises/ chants/
yells resmi
LFC yg menyebutkan kata "Liverpudlian" yang merujuk kepada arti →
supporter. Dan supporter LFC disebut KOPITE (dibaca: Kopayt), sedangkan bentuk
jamaknya adalah KOPITES (dibaca: Kopayts). Lantas dari manakah semua kesalah- kaprahan
ini berasal? Dalam chant "Poor Scouser Tommy", ada lyrics: "Oh, I
am a Liverpudlian. And I come from The Spion Kop". Inilah awal mula kesalah-kaprahan
tersebut di INDONESIA.
Apa? Di Indonesia? Ya, benar, hanya di Indonesia saja kita mendengar pendukung
LFC menyebut diri Liverpudlian. Di negara lain tak ada yang salah kaprah,
mereka menyebut diri mereka KOPITES. Adapun makna dari lyrics tadi: si Tommy
ini adalah prajurit Inggris yang dikirim ke Libya saat Perang Dunia II. Dan
disetiap Dog Tag akan tertera dari Divisi manakah dia, dan dicantumkanlah
bahwa dia berasal dari divisi di kota Liverpool. Itulah sebabnya sebelum tewas,
dia berkata bahwa
dia adalah seorang Liverpudlian (warga kota Liverpool). Namun, kecintaannya
terhadap LFC
membuat Tommy yang sedang sekarat pun tetap bangga mengaku sebagai seorang
KOPITE (supporter LFC), dengan berkata bahwa dia tak hanya sebagai warga kota Liverpool
semata, melainkan dia berasal dari The Spion Kop (salah satu tribun di stadion
Anfield yang paling bawel ngchants pada saat itu). Dengan keterbatasan
informasi di Indonesia, terutama di era 1970 - awal 1980 an dimana kaum muda
hanya mengenal sepakbola luar negeri melalui Dunia Dalam Berita, dan pertandingan
final sepakbola hanya sesekali ditayangkan secara langsung oleh TVRI di pertengahan
1980 an, ditambah dengan lebih mudahnya menghafal kata Liverpudlian (karena
memiliki susunan huruf yang mendekati Liverpool) dibandingkan
"Kopites", dan ditambah dengan tingkat kesalah-kaprahan yang tinggi didalam
penggunaan kata di masyarakat Indonesia, membuat penyebaran kesalahan makna "Liverpudlian"
ini menjadi semakin cepat, dan malah menggeser Kopites sebagai istilah yang benar.
Apalagi kemudian diperparah pula dengan watak kita semua yang "udah salah,
ngotot pula". Dan juga watak "membiarkan kesalahan berlanjut karena
gak mau repot", dan juga watak "berkelakar-bercanda diseputar kesalahan".
Nah, sehingga akhirnya pada saat pertengahan 1990 an dimana persaingan TV Swasta
mulai merebak, mengakhiri kejayaan tunggal RCTI dengan Decoder-nya, maka muncullah ide
untuk menayangkan secara langsung pertandingan sepak bola Liga Inggris oleh salah satu
Direktur Utama TV saat itu. Dan si presenter pertandingan di TV Indonesia kerap
menyebut kata "Liverpudlian" saat dia berceloteh mengenai supporter LFC. Pengaruh
media sangatlah luas, dan akhirnya mencuci otak para anak muda yang rata2 SMA
atau baru masuk kuliah saat era pertengahan 1990 an itu. Mereka2 ini kerap
berkumpul sepulang kuliah dan akhirnya semakin meluas pula kesalahan penggunaan kata
"Liverpudlian" ini. Saat bertemu orang lain yang menggunakan t-shirt/
atribut LFC, akan dengan ramah disapa: "oh, kamu Liverpudlian juga
yah?" yang semakin membuat penggunaan ngaco ini berlanjut. Hingga puncaknya adalah
Twitter dimasa kini. Lantas, dari manakah istilah KOPITES itu berasal?
Ya, tepat. Rujukan kata itu bersumber dari THE KOP, atau The Spion Kop (salah
satu tribun di stadion Anfield). Awalnya, penggunaan istilah Kopites ini disematkan kepada
orang2 keturunan Scandinavia, terutama buruh- buruh kapal Norwegia, yang banyak
berlabuh di Liverpool. Mereka ini lebih kasar, pemabuk, namun lebih "garis keras"
dalam mendukung tim sepakbola (saat itu Everton lebih diminati oleh Liverpudlian -- warga
kota Liverpool -- dibandingkan tim sekota yg baru muncul, LFC). Sedangkan
penggunaan istilah The Kop ini bersumber dari penghargaan terhadap prajurit korban
Second Boer War, dimana banyak prajurit Inggris yang tewas berasal dari kota
Liverpool. Nah, pada perkembangannya, LFC tampak lebih menarik untuk disimak,
sehingga para Liverpudlian (warga kota Liverpool) mulai menyematkan istilah KOPITES
kedalam diri mereka, karena mereka turut melebur kedalam suasana mendukung LFC.
Dan seiring dengan perjalanan waktu, sejarah demi sejarah ditorehkan oleh LFC, akhirnya
muncullah sebutan bagi para supporter LFC yang non - Liverpudlian, bukan warga
kota Liverpool, dengan sebutan WOOLS. Julukan ini "sedikit" bernada
merendahkan, dalam artian: Wools hanya bisa mendukung lewat TV di negaranya,
tak hadir disetiap pertandingan kandang di Anfield, atau tak nongkrong
rutin di THE ALBERT (Pub diseberang The Kop). Para pendukung LFC (Kopites) notabene
kini merupakan
Liverpudlian (warga kota) dan tak lagi buruh kapal luar negeri, bahkan sebagian
besar merupakan SCOUSER (sub- race/ suku bangsa berlogat). Sehingga saat kejayaan LFC berimbas
ke dunia luas, maka penggunaan julukan "Wools" bagi supprter LFC non
warga kota Liverpool pun semakin luas. DAN JIKA KALIAN MASIH NGOTOT MENGGUNAKAN
ISTILAH "LIVERPUDLIAN" saat kalian nanti ke Anfield, maka bersiaplah
untuk diejek oleh
beberapa oknum
Kopites yang mabuk. Biasanya mereka langsung mengenali kita sebagai tourist
(turis), mereka
akan ramah menyapa kita, dan jika kalian memang cinta LFC, maka katakanlah:
"I am a Liverpool FC Kopite too, by the way", dan mereka akan semakin
ramah dan akrab,
menyapamu dengan jawaban: "Oh, so you are a Wool, glad to hear that. It's
ring a bell for sure. Another pin, mate?". Tapi bayangkanlah jika kesalah- kaprahan
penggunaan "Liverpudlian" ini terjadi, maka mereka akan langsung
mengenali logat
English kalian yang jelas2 sangat tidak ber- scouser, dan mereka (jika mabuk)
akan mengejekmu meminta kalian mengeluarkan ID Card (Kartu Tanda Penduduk) kota Liverpool. -
Kesalahkaprahan penggunaan kata didalam bahasa Indonesia, dan serapan bahasa
asing kedalam Bahasa Indonesia sangatlah mudah ditolerir. Dan sebagai sesama
KOPITES, tentunya para Liverpudlian (warga kota Liverpool) -- jika bukan oknum yang
sedang mabuk -- akan melayani kita dengan ramah, apalagi status kita sebagai tourist,
sebagai Wools (pendukung LFC yg berasal dari luar kota Liverpool, bahkan luar
negeri). Akhirnya, demi untuk menjalin silaturahmi, JIKA KAMU BERTANYA seperti
ini: "Saya pendukung LFC, tapi saya bukan warga kota Liverpool. Apakah saya boleh
menyebut diri saya sebagai seorang Liverpudlian?", maka karena keramahan
mereka, para
orang kota Liverpool ini akan menjawab: "Oh, tentu saja boleh" untuk
menghargai perkenalan kalian. Dan inilah yang kemudian menyebabkan EVOLUSI BAHASA.
Penggemar LFC di Indonesia sangatlah banyak, dan hampir semuanya menyebut mereka
sebagai Liverpudlian, dan bukan Kopites. Please jangan menyebut kalian sebagai
Wools, secara
itu adalah "ejekan tidak langsung". Dan ditambah pula dengan adanya
istilah EVERTONIAN bagi fans Everton FC dikalangan para Liverpudlian (warga kota
Liverpool). Akhirnya, penyematan label "Liverpudlian" menjadi sangat
maklum dikalangan
para tourist. Dalam bahasa sinisnya, para Kopites akan "yaaaaaaaa,
yaaaaaaaa, whatever" jika kalian mengaku2 sebagai Liverpudlian (padahal maksudnya
adalah sebagai Kopites). Dan saking dimaklum- nya, akhirnya menjadi semakin maklum,
kesalah-kaprahan semakin berlanjut, dan bahkan "dicantumkan" oleh seseorang (non
Scouser) kedalam kamus tak resmi LFC bahwa → Liverpudlian adalah warga kota
Liverpool, namun
karena ada Evertonian (pendukung EFC), maka Liverpudlian juga dapat bermakna
sebagai fans (penggemar) LFC. Ingat, fans ... PENGGEMAR, dan bukan seperti
KOPITES yang
bermakna sebagai SUPPORTER/ pendukung .....Berdasarkan penjelasan tadi, maka
kita semua semakin cerdas, sadar, dan mengerti. Ini bukan mengenai "setuju
atau tidak setuju".
Ini bukan mengenai "toleransi atau alibi tidak diterima". Ini mutlak
mengenai kebiasaan salah kaprah didalam penggunaan bahasa asing. Ingat, budaya
sepakbola di Inggris JAUUUUUHH melebihi budaya sepakbola di negara lain. Tak
perlu disangkal,
karena semua orang sudah tau siapakah bangsa pendiri olah raga yang satu ini.
KESALAH-KAPRAHAN PENGGUNAAN BAHASA AKAN TERUS BERLANJUT DAN MENYEBAR, tinggal
dari diri kalian, apakah kalian ingin semakin cerdas, atau kalian membandel dan
ngotot dan tidak mau semakin mencerahkan pengetahuan. Nah, berikut dibawah ini
akan saya beri
sedikit "Glossary" untuk memudahkan kalian. Semoga kita semakin
cerdas, dan mau menghargai budaya sepakbola di ranah Merseyside, atau Inggris pada
umumnya, seperti kita menghargai budaya sepakbola di tanah air kita. GLOSSARY:
- LIVERPUDLIAN: warga kota Liverpool, penduduk
yang memiliki KTP Liverpool. Tidak harus bersuku bangsa/ berlogat Scouse. Ini sama
seperti penduduk
kota Bandung tidaklah harus seorang bersuku Sunda.
- EVERTONIAN: julukan bagi Liverpudlian (warga kota Liverpool) yang mendukung Everton Football Club. Kerap disebut sebagai Merseyside Blue.
- MERSEYSIDE: ini merupakan "state",
wilayah di Inggris, seperti layaknya provinsi Jawa Barat di Indonesia. Kota
Liverpool terletak di area Merseyside ini. Seperti halnya kota Bandung
terletak di Jawa Barat.
- SCOUSE: sub-racial, merupakan suku bangsa yang
berlogat. Seperti
halnya Sunda, Jawa, Batak, Manado, Padang, Ambon, dll. Individunya/
orangnya disebut sebagai Scouser. Seorang Scouser tidak harus menjadi Liverpudlian
(warga kota Liverpool),
sama halnya seperti seorang Batak tidaklah harus tinggal di kota Medan/ di
daerah Sumatera Utara. Dan seorang Scouser tidak berarti bahwa dia pendukung LFC,
ataupun EFC, dll. Mungkin saja dia bahkan tidak suka olahraga sepakbola. Ini
sama halnya
seperti: belum tentu seorang suku Sunda mencintai PERSIB, bahkan mungkin belum tentu dia
suka olahraga sepakbola.
- KOPITES: istilah bagi pendukung Liverpool Football Club
(LFC). Individu:
Kopite. Bentuk jamak: Kopites. Cara membaca: Kopayt, dan bentuk jamak:
Kopayts. Tanyakan
pada dirimu sendiri, apakah kalian fans (penggemar) LFC? Ataukah kalian
merasa sebagai pendukung LFC? Julukan Kopites bermakna sebagai supporter (pendukung).
- WOOLS: bahasa Scouse, berarti: pendukung LFC yang
berasal dari luar kota Liverpool, dan atau bahkan dari luar negeri. Wools
kerap menjadi
ejekan, karena dianggap sebagai pendukung layar kaca garis keras (pendukung LFC
lewat TV, bukan rutin datang ke stadion).
- URCHINS: berbeda dengan bahasa Inggris, dalam
slang word
Scouse, kata Urchins berarti anak jalanan. Dan karena budaya sepakbola di
Inggris sudah
sangat mengakar, maka biasanya anak2 jalanan ini penggila sepakbola, pendukung garis
keras, dijaman dahulu siap membunuh fans lawan. Mirip dengan kondisi atmosfir olahraga
dalam negeri kita saat ini kan? Hehehe.
- THE URCHINS LFC: organisasi non resmi pendukung Liverpool FC.
- MEN OF SHANKLY: organisasi non resmi pendukung Liverpool FC.
- THE RED AND WHITE KOP: organisasi non resmi pendukung Liverpool FC.
- THE KOP: disebut juga Spion Kop. Nama dari salah
satu tribun di
stadion Anfield. Yang lainnya bernama: Main Stand, Anfield Road, Centenary Stand. Seluruh
penonton wajib
duduk saat menonton,
namun para Kopites yang berada di tribun atas The Kop selalu berdiri,
menyanyi, dan para Stewards (Satpam sudah lelah menyuruh mereka menonton dengan sopan.
- TRAVELING KOP: julukan bagi Kopites yang "uji
nyali", menonton LFC bertanding di kandang lawan, namun tetap nekad beratribut
jersey - scarf LFC. Jadi jika ada member BIGREDS IOLSC yang menonton lintas regional,
sebenarnya tidak bisa disebut Traveling Kop. Jika kalian menonton LFC v
MUFC dikandang
nonbar anak2 fans ManUtd, dan kalian tetap nekad berani mengenakan atribut LFC, maka itulah Traveling
Kop! Makna aslinya: Kopites yang menonton ke Old Trafford, atau Stamford Bridge, misalnya.
- THE ALBERT: nama sebuah Pub terkenal yang terletak
tepat didepan
Paisley Gates, pintu masuk menuju THE KOP. Para Kopites yang tak kebagian tiket
biasanya nonbar
LFC disana. Namun,
kini ada banyak Pub lain, sehingga jumlah penonton yang hadir nonbar di The
Albert menjadi
menurun kwantitasnya.
- LIVERBIRD: lambang kota Liverpool. Merupakan
burung langka
yang hidup di perairan Merseyside. Berwarna merah, dan memakan ganggang kering.
Liverbird
BUKANLAH Heron Bird (burung bango/ bangau). Jadi jika ada fans tim lawan yang menghina LFC sebagai
tim burung
bango/ bangau, maka
jelaskanlah: A
LIVERBIRD IS NOT A HERON BIRD!YNWA
Info : Mang Albert Shadrach Dragtan (Member Bigreds Bdg)
sumber
0 komentar:
Posting Komentar