PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) kembali terancam bangkrut jika pada Juni 2012 tidak mendapatkan suntikan dana sebesar Rp250 miliar.

"Tadi kita rapat dengan jajaran manajemen Merpati membahas kondisi perusahaan. Jika pada Juni ini tidak mendapat dana sebesar Rp250 miliar maka perusahaan dipastikan `collapse`," kata Menteri BUMN Dahlan Iskan, di Gedung MPR/DPR, Selasa.

Menurut Dahlan, manajemen sangat membutuhkan dana tersebut untuk membuat operasional perusahaan dapat berjalan dengan stabil.

Diketahui Merpati sebelumnya telah mendapat suntikan dana sebesar Rp561 miliar, namun baru diterima pada akhir Desember 2011 padahal seharusnya sudah harus diterima pada Juni 2011 sesuai dengan keputusan pemerintah.

Akibatnya, untuk membiayai operasional dan modal kerja, perseroan terpaksa melakukan pinjaman yang mengakibatkan bertambahnya utang.

"Ini yang membuat perusahaan kembali mengalami kesulitan keuangan, karena rencana-rencana yang ditetapkan manajemen terganggu," ujar Dahlan.

Melihat permasalahan yang dihadapi perusahaan penerbangan "plat merah" itu, Dahlan mengatakan Merpati saat ini pada posisi "hidup atau mati".

Namun menurut Dahlan, pada rapat tersebut tercetus tekad seluruh peserta bahwa Merpati harus tetap hidup.

"Mereka ingin Merpati tetap `terbang` dan berupaya menyehatkan keuangan perusahaan," ujarnya.

Ia mengakui suatu perusahaan BUMN tidak bagus terlalu bersandar pada Penyertaan Modal Negara (PMN), namun harus mampu mencari jalan keluar pembiayaan.

"Saya tidak bisa menjamin pemerintah bersedia memberikan suntikan dana dari APBN. Karena itu diserahkan sepenuhnya kepada manajemen untuk mencari sumber pendanaan. Terserah dari mana...bank atau apalah yang penting bagaimana Merpati itu tetap beroperasi," tegasnya.


Dirut Mundur

Pada kesempatan itu Dahlan juga menginformasikan bahwa Dirut Merpati Sardjono Jhonny Tjitrokusumo menyatakan mundur dari jabatannya.

"Ini yang juga menjadi ganjalan bagi perusahaan. Niat mengundurkan diri kemungkinan karena merasa tidak percaya akan mampu mendapatkan dana Rp250 miliar," ujarnya.

Namun dengan suara bulat peserta rapat yang terdiri atas manajemen, direksi dan komisaris, pemangku kepentingan meminta Jhonny tetap di Merpati.

"Semua bertekad mencari terobosan dengan melakukan efisiensi agar Merpati tetap hidup," katanya.

Dahlan mengaku sempat mencoba berpikiran untuk mencari calon pengganti Jhonny, namun tidak diperoleh calon yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan.

"Saya juga berpendapat bahwa Jhonny sebagai pimpinan korporasi harus teguh. Saya tidak `sreg` kalau harus ganti-ganti pimpinan," ujarnya.

Dahlan menambahkan, yang penting saat ini adalah bahwa seluruh karyawan sedang semangat-semangatnya untuk membangun kembali Merpati agar tetap "survive".