Kadang hati kecilku mengatakan ini salah. Sudah begitu banyak uang negara yang kukorupsi. Kalau mau jujur, gajiku sebagai pejabat eselon tinggi di sebuah instansi tak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Anda tahu berapa gaji yang kuterima? Hanya 12 juta ditambah tunjangan-tunjangan lain. Total kira-kira 15 juta rupiah.
Mungkin anda bertanya, masa gaji segitu tidak cukup. Sebagai gambaran untuk anda mengkalkulasi pengeluaran perbulan saya coba anda ambil kalkulator. Mobil saya ada lima. Satu sedan Samry keluaran terbaru, satu Honda CRV juga keluaran terbaru. Putra saya yang sedang kuliah pakai Fortuner yang baru kubelikan dua bulan lalu. Putri kedua saya pakai Escudo dan Si Bungsu yang manjanya minta ampun pakai Honda Jazz keluaran terakhir.Untung isrtiku tak pandai bawa mobil. Sebenarnya kalau dibanding pejabat lain mobil saya terbilang sedikit. Ada pejabat yang eselonnya sama dengan saya mobilnya 17 unit, karena tak muat di garasinya lalu direntalkan.
Pengeluaran istri dan anak-anak saya luar biasa. Untuk belanja belanja dan makan saja habis belasan juta per bulan. Jadi kalau anda hitung, untuk beli bensin saja gaji yang 15 juta itu sangat pas-pasan.
Anda pasti sudah tau, bagaimana cara seorang pejabat korupsi. Kebetulan divisi yang saya pimpin bukanlah tempat basah. Mau tidak mau saya harus memanipulasi keuangan untuk mendapatkan uang yang banyak. Caranya, buat kegiatan fiktif, rapat bohongan, markup biaya dan lain-lain.
Bendahara saya Si Polan, SE itu sangat pandai mencari rekanan-rekanan untuk membuat kwitansi fiktif. Kabarnya dari pejabat sebelum saya dia sudah begitu. Kerja manipulasi keuangannya juga rapi. Selalu ada bukti hitam di atas putih yang entah dari mana dia dapat. Timbal baliknya, uang korupsi sebagian buat dia.
Mungkin anda tanya lagi, apa staf dan bawahan di kantor tidak mengetahui kebusukan dan serakahnya saya? Ha...ha...ha...itu gampang kawan. Saya buat kegiatan riil yang memang ada dalam program kerja divisi saya. Bentuk kepanitiaan, lalu kasih mereka honor tiga sampai empat ratus ribu. Kadang juga saya bagikan uang kepada kepala sub bagian supaya bisa "menertibkan" anak buahnya. Itu sudah cukup. Memang saya tau mereka ngomel di belakang, tapi saya tak ambil pusing.Lagi pula mana berani mereka dengan saya. Saya big boss. Kalaupun berani ya itu tadi, ngomong di belakang. Padahal kalau dilaporkan, saya keder juga.
Saat di rumah ibadah, nurani mengatakan yang saya lakukan salah. Tapi keserakahan jauh lebih menguasai saya. Pernah kucoba untuk jujur. Bekerja sesuai aturan, saya malah ditertawakan teman-teman pejabat lainnya. Mereka bilang, kapan lagi mengeruk uang negara kalau bukan saat menjabat.
Kelakuan pejabat di atas saya juga sama. Ketika mereka supervisi atau pemeriksaan ke daerah, selalu minta "layanan plus". Transportasi dan akomodasi saya yang menanggung. Mulai dari penjemputan, biaya hotel, makan sampai ngelonte saya yang bayar. Belum lagi saat pulang harus memberikan amplop tebal. Kalau tidak, siap-siap saja jadi tersangka. Maklum saya kan banyak korupsi.
Kalau ditotal hasil korupsi saya setelah satu setengah tahun menjabat sudah milyaran rupiah., bukan dolar loh. Maklum anggaran untuk divisi yang saya pimpin puluhan milyar rupiah. Kalau saya rinci anda pasti bingung menghitungnya.
Itulah curahan hati saya
Dr. KORUPTOR, MH, M.Si
ttd
KEPALA BADAN "PEMBERDAYAAN" NEGARA
RP. 1.276.000.0000.-
✰⓯☛☛☛ᏙdЎj!Ѐ☚☚☚⓯✰Sharing Itu Indah
0 komentar:
Posting Komentar